GENRE : FAMILY, SAD, ROMANCE, COMEDY
AUTHOR : FYA
MAIN CAST : TEMUIN SENDIRI
LENGTH : ONESHOOT
TWITTER. : @nanda_firna
IG : ninduut_
sebelum membaca mohon diperhatikan jika ada typo yang beterbangan, EYD yang amburadul dan authornya masih amatiran. mohon dimaklumi.
~HAPPY READING~
-o0o-
Fira POV
Gue gak tau harus seneng, sedih atau gimana karena sebentar lagi gue bakalan nikah. Tapi juga gak secepatnya sih. Tapi diumur yang masih beranjak 20 tahun? Ohhh...what the hell. Tapi kalau boleh jujur perasaan senanglah yang mendominasi. Karena aku akan menikah dengan orang yang kucintai. Meskipun begitu aku tidak ingin berbahagia di atas penderitaan orang lain. aku bukanlah orang seperti itu. hemm.... aku memang mencintainya, sangat, tapi dia tidak. Dia terlalu sempurna untukku. Lagipula dia juga sudah mempunyai orang yang ia cintai. Aku juga tau jika ini hanya cinta sepihak. Aku cukup tau diri. Dia tidak akan pernah membalas cintaku sampai kapanpun. Lagipula dia sudah menganggapku sebagai adik kandungnya sendiri meskipun aku memang hanya adik angkatnya.
3 tahun lalu saat aku masih SMA kelas 2, kedua orangtuaku mengalami kecelakaan mobil yang hebat. Mereka sedang melakukan perjalanan bisnis. Mobil yang mereka tumpangi menyerempet pengguna sepeda motor. Namun bukan itu penyebab kematian mereka. Setelah menyerempet motor itu dari arah belakang melaju truk tronton dengan cepat. Tabrakanpun tak terelakkan. Orang tuaku meninggal langsung di tempat. Aku sangat terpukul. Dalam umurku yang masih 16 tahun aku harus menjadi anak yatim piatu. Aku juga anak tunggal. papah dan mamah sudah tidak mempunyai saudara lagi selain nenekku yang tinggal di Batam. Hingga saat itu, seminggu setelah kematian papah dan mamah datang 2 orang yang mengaku sebagai sahabat baik papah dam mamah sekaligus rekan kerja orang tuaku. Dan finally, pasangan suami istri itu mengangkatku sebagai anak mereka dan tinggal bersama mereka.
“ Sayang? kamu gak berangkat kuliah?” tanya tante Lisa. Hemm... beliaulah yang sudah merawatku semenjak 3 tahun lalu.
“ Hemm... gak tante. Hari ini gak ada jadwal kuliah. Jadi Fira gak masuk deh. Mendingan di rumah aja nemenin tante, hehe.” Balasku. Tante Lisa tersenyum lembut. Aku jadi rindu dengan mamah.
“ Ehhmmm gitu ya. Kalo gitu kamu mau gak bantuin tante masak makanan kesukaan Rama.” Ujar tante Lisa. Tanpa memintapun pasti aku akan membantu.
“ Siap Tante.” Balasku semnagat.
Kak Rama, Ramadhan Fadhillah adalah anak satu-satunya anak Tante Lisa dan Om Fadhil. Umurnya masih 22 tahun. Kuliah di kampus yang sama denganku jurusan ekonomi dan bisnis. Dulu kami sangat akrab. Dia menyayangiku dan akupun juga menyayanginya. Namun dia hanya menganggapku adiknya saja sementara aku menyukainya layaknya cewek yang mencintai cowok. Yaaa... aku cukup tau diri. Toh dia bukan kakak kandungku kan, jadi itu wajar. Namun semuanya berubah semenjak satu minggu yang lalu. Saat Tante Lisa dan Om Fadhil mengumumkan akan menikahkan kami. aku juga tidak tau kenapa bisa mereka merencanakan itu. saat itu kami sangat kaget dan langsung menolak itu dengan tegas. Disamping aku tau jika kak Rama tidak mencintaiku, dia juga sudah mempunyai kekasih. Lagipula umurku masih 19 tahun. Sejak saat itulah sikap kak Rama berubah. Dia menjadi mudah uring-uringan dan dingin padaku.
“ Fir, bantuin tante naruh makanannya ke meja ya.” Ujar tante Lisa yang masih menuangkan sayur soup ke dalam mangkuk.
“ Baik tante.” Balasku. Setelah itu aku memulai menaruh satu persatu makanan ke meja.
Makanan sudah tersaji di meja makan tepat waktunya. Tante Lisa sangat tau jika sebentar lagi ka Rama pulang. Dan benar saja, tak berapa lama terdengar suara motor kak Rama memasuki rumah. Setelah itu kulihat kak Rama langsung berjalan menghampiri tante Lisa.
“ Assalamualaikum mah.” Ujarnya sambil mencium tangan tante Lisa.
“ Waalaikumsalam,” jawab kami.
“ Kamu ganti baju dulu gih. habis itu makan. Mamah sama Fira tadi udah masak makanan kesukaan kamu.” Ujar Tante Lisa tersenyum lembut.
“ Hemm... iya mah.” Ujarnya datar. Setelah itu dia langsung masuk ke kamarnya. Aku hanya tersenyum kecut. Dulu sebelum kejadian itu ketika kak Rama pulang kuliah dia langsung menghampiriku dan mengacak-ngacak rambutku. Bahkan jika dia tidak menemukanku dia akan mencariku di semua tempat di rumah ini sampai ketemu. Hemm... aku merindukan semua itu.
Tak lama kak Rama sudah duduk di hadapan kami. dia juga sudah berganti baju. Dia langsung memakan makanan itu dalam diam. Tak banyak bicara seperti dulu. Aku ingat betul saat-saat dimana dia dengan sengaja meminum susu buatan tante Lisa yang jelas-jelas itu untukku. Setiap kami makan bersama dia melakukan itu dan aku selalu protes namun dia hanya menertawaiku. Dulu acara makan bersama berubah menjadi canda tawa. Yaaa... sayangnya itu dulu. Kini tak ada lagi kak Rama yang mengacak-acak rambutku ketika dia pulang kuliah. Tak ada lagi kak Rama yang meminum susuku dengan sengaja sampai habis.
Drrtt... drrttt...
Lamunanku terbuyar ketika merasa ada yang bergetar di saku celanaku. Aku mengambil dan melihatnya. Hemmm... ternyata ada pesan dari salah satu teman kampusku. Dia memintaku untuk menemuinya perihal membahas tugas kelompok kemaren.
“ Tante, Fira minta izin mau pergi. Mau ngerjain tugas kuliah sama temen. Boleh gak tan.” Tanyaku. Tante Fira menatapku.
“ Hemm... temen kamu cewek apa cowok?” tanya tante Fira. Aku melirik kak Rama sebentar. Hemm... dia masih makan.
“ Cewek kok tante. Tapi ada cowoknya sih, hehe. Boleh ya tan.” Ujarku. Tante Fira terdiam.
“ Hemm... maksud kamu yang cowok namanya Dimas bukan?” tanya tante Fira lagi. aku hanya mengangguk karena memang benar.
“ Hemm... boleh kok. Asal berangkatnya sama pulangnya dianter Rama.” Ujar tante Lisa tegas. Mataku membulat. Oh nooooo...
“ Gak,” ujar kami bersamaan.
“ mamah gak mau tau.” ujar tante Lisa lagi.
“ Yaaaaa.. gak usah tante. Fira bisa sendiri kok. Lagian kak Rama masih capek baru pulang. Fira sendiian aja ya tante.” Pintaku memelas.
“ Rama juga gak mau,” ujar kak Rama.
“ Pokoknya mamah gak mau tau. sekarang kamu anterin Fira.” Bentak tante Lisa. Aku hanya menghela nafas. Kami belum berbaikan dan belum siap berdua saja dengan kak Rama. Dengan berat hati aku menyetujuinya.
Setelah berganti baju dan membawa semua perlengkapan kami berangkat. Seperti biasa, kak Rama ngebut jika mengendarai motornya. Apalagi saat ini aku sangat yakin jika dia kesal padaku. Aku tak berani berpegangan padanya. Sepanjang perjalanan kami hanya diam.
“ Pegangan kalo loe gak mau jatuh.” Teriaknya. Aku hanya menurutinya. Setelah beberapa lama dia menurunkan kecepatannya dan membuka kaca helmnya.
“ Loe mau gue turunin dimana?” tanyanya.
“ Di kafe RIFY kak,” balasku.
“ Loe mau ngerjain tugas apa mau ngedate? Alesan aja,” ujarnya ketus. Aku hanya diam. 15 menit kemudian kami sampai.
“ Makasih kak. Maafin Fira karena kakak harus nganterin Fira. Padahal kan...............”
“ Gue pulang dulu. Kalo loe udah kelar sms gue aja.” Potongnya. Lagi-lagi aku hanya diam. Setelah itu dia pergi. Aku hanya memandangnya sampai menghilang di persimpangan. Setelah itu masuk ke dalam kafe. Kulihat ke sekeliling untuk mencari Citra dan Dimas. Yaaa... mereka kelompokku. Kulihat Citra melambaikan tangannya dan tersenyum padaku. Aku langsung menghampirinya.
“ Sorry, gue telat gak?” ujarku setelah duduk.
“ Gak kok,” balas Citra. Dia adalah sahabat baikku sejak SMA.
“ Selama apapun itu aku bakal nungguin kamu kok Fir,” celetuk Dimas. Aku tau jika dia sudah menyukaiku sejak lama. Haaahhh... laki-laki ini benar-benar. Aku melirik ke arah Citra yang sedang tertunduk sedih. Aku jadi merasa bersalah karena Citra juga sudah menyukai Dimas sejak SMA.
“ Ihhh.. apaan sih loe. Yuk kita kerjain aja tugasnya.” Ujarku mengalihkan pembicaraan. Mereka mengangguk setuju.
SKIP
Cukup lama kami mengerjakannya. Untung saja kafe ini menyediakan meja yang besar jadi kami merasa nyaman. kami memilih mengerjakan di kafe ini karena rumah kami semua jauh. Apalagi ketika kami mengerjakan tugas ini di rumah Dimas. Bukan tugasnya yang selesai kita malah akan emosi karena rumahnya di pake latihan band oleh kakaknya. Setelah sakian lama akhirnya kami bisa menyelesaikannya. Minggu depan kami tinggal mempresentasikannya.
“ Ehhh ehh... sorry ya guys. Gue udah disuruh pulang nih. Saudara gue yang dari luar kota kesini. Gue pamit ya, bye.” Pamit Citra.
“ Eh iya Cit. Thanks ya. Ati-ati loe.” Teriakku. Dia tersenyum dan mengangguk.
“ Fir, loe mau pulang sekarang?” tanya Dimas. Aku menoleh.
“ Hemm... gak lah. Nanti aja. Kalo loe?” tanyaku.
“ Hemm... gue bareng loe aja deh.” Balasnya. Aku hanya mengangguk.
“ Fir.” Tiba-tiba Dimas menggenggam tanganku. Aku menatapnya jengah.
“ Loe masih gak mau ngasih kesempatan ke gue?” tanyanya. Aku melihat jika dia memang sangat tulus.
“ Gue cinta banget sama loe Fir. Bahkan gue rela nunggu loe 2 tahun. Pliiissss... loe terima gue jadi cowok loe.” Pintanya. Sebenarnya aku tidak tega. Kalau dilihat dia memang tampan. Dia juga sangat baik.dia selalu perhatian padaku. Tapi entah kenapa aku sama sekali tidak menyukainya. Lagipula Citra sangat mencintainya.
“ Dimas Atmaja, loe itu ganteng. Loe juga keren. Loe baik banget sama gue. Loe juga perhatian. Tapi gue tetep gak bisa. Gue gak cinta sama loe. Loe tau kan kalo cinta itu gak bisa di paksain. Kalo gue nerima loe, itu sama aja gue nyiksa loe. Nantinya kita bukannya seneng malah menderita. Jadi, gue minta maaf banget sama loe. Gue gak bisa nerima elo. kita jadi sahabat aja gak papa kan. Lagian sahabat itu gak akan pernah putus.” Jawabku. Dia menunduk memejamkan matanya. Beberapa saat kemudian dia mendongak dan tersenyum. Setelah iyu dia melepaskan tanganku.
“ Iya, gak papa. Loe bener, cinta gak bisa di paksain. Kita kan masih bisa sahabatan. Hehe....” ujarnya tersenyum kecil. Aku membalasnya. Syukurlah dia mau menerimanya. Dia memang lelaki yang baik. kenapa aku tidak mencintai Dimas saja.
“ Kita pasti bisa jadi sahabat yang kompak, haha.” Ujarku tertawa.
“ Haha... iya Fir,” balasnya.
“ Udah jam berapa nih.” Ujarku sambil melihat jam.
“ Udah jam 5 nih. Yuk pulang, gue anterin.” Balasnya. hemm... tapi tante Lisa menyuruhku pulang dengan kak Rama, batinku.
“ Hey, malah diem. Yuk,” ajaknya. Hemm... mungkin lebih baik bersama Dimas saja. aku tidak mau merepotkan kak Rama. Lagipula hpku juga lobet.
“ Ya udah deh, yuk.” Setelah itu kami meninggalkan kafe.
Aku memang sengaja tidak memberitahu kak Rama. Aku hanya tidak ingin mengganggunya. Lagipula dia tadi terlihat kelelahan. Haahhh...... kapan semua ini berakhir. Sudah satu minggu situasi menjadi memburuk. Hemmm.... aku harus mencari cara agar tante dan om membatalkan rencananya. Aku tidak mau kak Rama membenciku. Biarlah dia menganggapku adiknya asalkan dia masih perhatian padaku. Aku ingin melihatnya bahagia bersama wanita yang ia cintai.
“ Makasih ya Dim, hehe. Loe udah nganterin gue pulang.” Ujarku sambil menyerahkan helm padanya. Dia tersenyum dan mengangguk.
“ Kayak sama siapa aja loe Fir. Gue pulang dulu ya.” Ujarnya. Aku mengangguk. setelah menstarter motornya dia langsung pergi. Akupun masuk. Baru saja membuka pintu pagar aku langsung disambut tatapan tajam dari kak Rama yang sudah berdiri didepan pintu rumah entah sejak kapan. Dengan ragu aku menghampirinya.
“ Assalamualaikum kak.”
“ Hemmm... waalaikumsalam.” Jawabnya dingin. Karena ditatap seperti itu aku merasa sedikit takut dan memutuskan langsung masuk ke dalam. Namun kak Rama buru-buru mencekal tanganku.
“ Loe tadi pulang bareng siapa?” tanyanya.
“ Emmm... Dimas kak.” Jawabku jujur.
“ Loe lupa? Tadi mamah kan udah nyuruh gue buat jemput loe! Kenapa loe malah pulang sama Dimas? Loe mau mesra-mesraan sama dia?” bentaknya. Mataku berkaca-kaca. Baru hari ini kak Rama membentakku seperti ini semenjak 3 tahun lalu. Aku berusaha santai dan bersikap wajar.
“ Kalo iya kenapa? Lagian hpku lobet.” Balasku. Kak Rama mendesah frustasi setelah itu menghempaskan tanganku. Dia menatapku tajam dan tak kuhiraukan sama sekali. aku langsung berlari ke kamar.
Huft..... kuhempaskan tubuhku ke kasur. Mataku sudah banjir air mata. Kak Rama membentakku hanya gara-gara Dimas mengantarku pulang. Lagipula aku tidak berbohong kalau hpku lobet. Selain itu aku juga tidak ingin merepotkannya. Akhir-akhir ini dia sangat sibuk dan wajahnya sering pucat. Aku tidak mau kak Rama sampai kelelahan dan akhirnya jatuh sakit. kutenangkan diriku sejenak. Mencoba mengontrol nafasku agar kembali normal. Setelah itu kubersihkan tubuhku agar lebih fresh. Jangan terlalu dipikirkan kejadian hari ini.
SKIP
Hari ini aku sengaja berangkat kuliah pagi. Untung saja jadwal kuliah kak Rama agak siang. Jadi aku tidak perlu berangkat bersama dengannya. Kulihat tante Lisa sedang sibuk menyiapkan makanan. Lagi-lagi aku teringat dengan mamah dan papah.
“ Pagi tante,” sapaku. Tante Lisa menoleh dan tersenyum melihatku. Masih cantik walaupun umurnya sudah hampir setengah abad.
“ Pagi sayang. gimana tidur kamu?” tanyanya. Aku ikut membantunya merapikan meja makan.
“ Nyenyak kok tante. Ohh iya, maaf ya tante. Kemaren Fira pulangnya dianter Dimas. Mau sms kak Rama hpnya Fira lobet. Hehe......” sahutku.
“ Jadi pulangnya kamu dianter Dimas?” tante Lisa menghentikan kegiatannya. Aku hanya mengangguk.
“ Huft... ya sudah. Gak papa. Yang penting kamu gak papa.” Tante Lisa mengelus puncak kepalaku. Seperti Mamah dulu.....
“ Hemm.. tante, Fira sarapan duluan ya, gak usah nungguin kak Rama. Hari ini ada kuliah pagi. Fira takut telat.” Ujarku.
“ Iya gak papa kok. Ya udah sarapan deh. Nanti telat. Nanti biar dianter pak Joko.” Balas tante Lisa. Aku tersenyum dalam hati. paling tidak hari ini aku tidak berangkat bersama kak Rama. Aku sarapan dengan cepat. Tanpa membuang waktu aku langsung pamit dan berangkat ke kampus.
Sesampainya di kampus aku langsung bergegas, takut terlambat. Karena apa? Dosen mata kuliah hari ini benar-benar killer. Yaaa.... walaupun hanya galak dengan mahasiswa yang membuat onar tapi aku harus tetap waspada dan hati-hati kan. Sesampainya di kelas ternyata belum ada dosen masuk. Citra yang melihatku langsung mempersilahkanku duduk disampingnya. Hari ini dia terlihat senang sekali. heemm... jadi penasaran.
“ Kenapa tuh muka? Seneng banget!” celetukku.
“ Hehee...tau aja loe. Tadi pagi Dimas jemput gue kesini.” Ujarnya tersenyum malu-malu. Aku meliriknya dan tersenyum menggoda.
“ Cieeee Citra, pantesan seneng banget.” balasku.
“ Hehehee.. iya Fir. Tapi..........” wajahnya berubah murung.
“ Tapi kenapa Cit?” tanyaku.
“ Kayaknya Dimas sukanya sama kamu.” Dia menunduk. Aku menghela nafas.
“ Loe gak usah khawatir. Dia bukannya gak suka sama aku. Dia belum nyadar aja sama cinta kamu. Kamu sabar aja. Suatu saat nanti dia pasti bakal sadar. Gue dukung loe kok. Semangat.” Ujarku menggebu-gebu. Dia menatapku dan tersenyum.
“ My best friend.” Ujarnya. Aku tersenyum. Tak lama dosen masuk. Kami menghentikan percakapn kami. takut kalau dihukum. Kuperhatikan dan sesekali kucatat hal-hal penting apa yang beliau sampaikan. Dosenku ini memang cukup senior dan beliau cukup disegani oleh dosen lain. meskipun sudah senior penjelasannya sungguh mudah dipahami dan cara penyampaiannya juga enak. Aku sangat paham dengan apa yang beliau sampaikan. Cukup lama mata kuliah hari ini. dan akhirnya......
“ Baik, cukup untuk hari ini. untuk minggu depan tolong persiapkan materi hari ini. akan ada kejutan untuk kalian. Jadi kalian harus bersiap. Sampai ketemu minggu depan.” Setelah itu beliau pergi. Aku memasukkan kembali bukuku ke dalam tas. Tak berapa lama Dimas menghampiri kami.
“ Hey Cit, hey Fir. Kantin yuk. Gue laper.” Ajaknya. Mungkin saatnya aku memberi kesempatan untuk mereka.
“ Ehmm... sorry banget Dim. Habis ini gue mau ke perpus. Ada buku yang mau gue cari. Kalian berdua aja ya. Bye....” pamitku.
“ Jangan pacaran ama buku mulu.” Samar-samar kudengar suara Citra. Aku tersenyum tipis. Semoga mereka semakin dekat dan bisa bersama. Mereka sebenarnya sangat cocok jika berpacaran. Mungkin mereka butuh pendekatan lagi.
Aku menyusuri beberapa rak buku. Sebenarnya aku memang mencari beberapa buku. Jadi aku tidak berbohong pada mereka, hehe. Ahaaa.... buku yang kucari akhirnya ketemu. Segera kuambil dan segera kucari tempat duduk disana. Aku mencari posisi yang nyaman. kupakai kacamata minusku agar lebih mudah. Aku hanya memakainya jika akan membaca.
“ Hey Fir.” Kedengar suara cewek memanggilku. Aku mendongak dan heemmm... ternyata kak Mirna. Pacarnya kak Rama. Aku menyungingkan senyum. Heemm... perasaanku mendadak tidak enak. Tak biasa-biasanya kak Mirna menyapaku. Mengingat jika kak Mirna tidak menyukaiku. Yaaa... dia tau jika aku tinggal bersama kak Rama dalam satu rumah. Apalagi tante Lisa dan Om Fadhil sangat menyayangiku. Dia membenciku karena dia cemburu padaku. Apalagi orang tua kak Rama tidak menyetujui hubungan mereka.
“ Kamu sendirian nih?” tanyanya duduk di depanku.
“ Iya kak,” balasku. Aku berusaha sopan padanya. Karena biar bagaimanapun dia kekasihnya kak Rama.
“ Ehh Fir, aku pinjem deh kacamata kamu.” Ujarnya. Dengan cepat dia mencabut paksa kacamataku. Aku takut jika dia berniat buruk padaku.
“ Hemm... bagus deh. Kamu beli dimana?” tanyanya. Jujur aku sangat takut. Kak Mirna adalah tipikal orang yang akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang ia mau.
“ Emmm itu hadiah dari kak Rama kak.” Balasku. Aku berusaha mengambilnya kembali namun dia menghalangi.
Prang.......
Tiba-tiba kacamatanya jatuh. Mataku terbelalak, kulihat kak Mirna sengaja melakukannya. Saat aku hendak mengambilnya sudah ada yang menginjaknya. Hatiku mencolos, aku mendongak. Ternyata kak Sinta, sahabat baiknya kak Mirna.
“ Yaaah Fir, maaf ya. Aku gak sengaja.” Ujarnya tanpa merasa bersalah. Dia tersenyum sinis padaku. Aku berdiri dan memandang mereka satu persatu. Cukup, hari ini aku benar-benar tidak tahan dengan perlakukan mereka. Aku memandang lirih kacamata pemberian kak Rama setahun lalu yang sekarang sudah tak berbentuk lagi.
“ Heh.... kalian pikir aku tidak tau? kalian sengaja kan? Mentang-mentang kalian senior dan kak Mirna pacarnya kak Rama aku takut pada kalian? Gak akan.” Teriakku. Bahkan aku lupa bahwa aku sedang berada di perpustakaan. Aku tidak perduli dengan mahasiswa yang menyaksikan kami. sebentar lagi pasti petugas perpustakaan akan menhampiri kami.
“ Hehh.. kok loe marah-marah sih. Gue tadi kan udah bilang kalo gue gak sengaja!” balasnya. aku tersenyum sinis.
“ Ciihh... boong banget loe kak. Senior kok kelakukannya kayak gitu.” desisku sinis. Kulihat wajah kak Mirna memerah menahan emosi.
Plaakkk....
Satu tamparan mendarat di pipiku. Shit, rasanya panas sekali. aku memegangnya dan menghapus darah yang keluar dari sudut bibirku. Aku memandangnya dan tersenyum sinis. Matanya memelototiku. Ciihhh.... sekarang aku tau sifat aslinya. Harusnya kan aku yang marah.
“ Hanya ini yang kakak bisa? Main kasar dengan junior kakak sendiri? Haha.. pantas saja tante Lisa dan om Fadhil tidak merestui hubungan kalian.” Tantangku. Kulihat tangannya mengepal. aku membereskan barang-barangku yang berada di meja dan memakai tasku lagi.
Sreettt....
Tiba-tiba kak Sinta menjambak rambutku. Setelah itu kak Mirna juga ikut menjambak rambutku dan sesekali menamparku. Aku merintih kesakitan. Kulihat banyak mahasiswa yang mengerubungi kami. mereka tidak berniat menolongku walau mereka iba padaku. Meskipun kalah jumlah aku tetap memberi perlawanan. Hingga akhirnya aku berhasil mendorong kak Mirna hingga terjatuh.
“ STOP.” Kulihat kak Rama membantu kak Mirna berdiri. Kak Mirna merintih. Wajahku terasa sakit di semua sisi. Kak Sinta melepaskan rambutku dan terdiam.
“ Sayang, liat nih tingkah adik kamu. Dia dorong aku sampai kayak gini.” Ujarnya manja. Aku hanya mendesis sebal. Benar-benar penipu yang ulung. Semoga kak Rama tidak termakan dengan omongannya.
“ Nanda, kamu udah keterlaluan. Kenapa kamu bisa sekasar ini?” bentaknya. Lagi-lagi hatiku mencolos. Kak Mirna tersenyum penuh kemenangan. Sudah 2 kali kak Rama membentakku, dan itu bukan sepenuhnya salahku. Aku memandangnya sendu.
“ Dia udah ngerusakin kacamata aku kak.” Ujarku lirih.
“ Aku tadi udah minta maaf sama dia sayang. tapi dia malah ngebentak aku dan nampar aku.” Bohongnya. Aku menatapnya tak percaya.
“ Kakak kecewa sama kamu.” Ujarnya penuh penekanan. Mataku memanas, kupejamkan mataku. Aku memegangi dadaku yang terasa sakit. tubuhku bergetar namun aku berusaha kuat. Aku tersenyum pasrah. Kak Rama tidak mempercayaiku lagi. ini lebih dari cukup untukku. Aku sudah tau jawabannya.
“ Yaaaa... gue emang udah nampar kak Mirna. Dan gue udah ngebentak dia. Disini gue yang salah. Sekarang loe puas kan sekarang?” ujarku.
“ Kakak kecewa sama kamu.” Desisnya. Aku hanya meringis.
“ Ohhh... jadi begitu? Kamu sudah mengakui kesalahan kamu Fira? Sekarang kamu ikut saya.” Ujar Bu Rina, petugas perpustakaan disini. kulihat mahasiswa lain menatapku iba. Mereka sangat tau jika aku berbohong. Kak Mirna tersenyum. Aku hanya pasrah ketika beliau menyeretku pergi.
“ Emm.. maaf bu. Tunggu sebentar.” Ujarku pada bu Rina. Bu Rina berhenti sejenak.
“ Buat kalian semua yang melihat kejadian ini. aku harap kalian diam saja. aku akan sangat berterimakasih jika kalian diam tentang kejadian ini.” ujarku. Mereka semua diam. Bu Rina kembali menyeretku. Saat aku melewati kak Rama aku tak menatapnya sama sekali.
“ Loe bukan kakak gue lagi Rama Fadhillah. Inget itu.” desisku dan menginjak-injak lagi kacamata yang sudah tak berwujud itu. dia tak merespon. Sepanjang koridor banyak mahasiswa yang menatapku aneh. Mungkin luka diwajahku ini sangat terlihat. Aku tak perduli. Rasanya tidak ada apanya dibanding dengan sakit di hatiku.
SKIP
Karena kejadian itu, aku dihukum. Setiap pulang kuliah aku harus membersihkan lab kimia dan lab biologi sampai bersih selama sebulan. Hemm.... it’s OK. Not bad. Aku malah sangat berterimakasih karena mempunyai kegiatan di luar rumah. Intensitas pertemuanku dengan kak Rama jadi berkurang.
Saat ini aku sedang berada di ruang kesehatan. Aku membolos pelajaran karena wajahku sangat bengkak. Disini tidak ada orang sama sekali dan secara kebetulan juga petugas disini sedang absen. Aku memang sedang ingin sendirian hari ini. kucari kotak P3K namun aku tak kunjung menemukannya.
Braaakkk....
Aku terlonjak kaget. Kulihat Citra lari tergopoh-gopoh menghampiriku. Setelah berada di depanku dia mengatur nafasnya.
“ Hoshh... gue denger dari anak-anak...hooshhh...” ujarnya ngos-ngosan. Aku tertawa geli meskipun sedikit perih.
“ Loe gak mungkin ngelakuin itu kan?” tanyanya. Dia mengambil kompress luka di sebuah kotak dan menyerahkannya padaku.
“ Loe pasti tau gue kayak gimana Cit.” Ujarku pelan. Setelah itu dia pergi entah kemana. Tak berapa lama dia kembali dengan kotak P3K. Dia mulai membersihkan lukaku. Sesekali aku merintih.
“ Sekarang loe ceritain ke gue.” Ujarnya.
“ Kacamata gue dijatuhin kak Mirna. Pas mau gue ambil udah keburu diinjek kak Sinta. Gue tau kalo itu sengaja. Loe tau kan kalo kak Mirna benci sama gue.” Ujarku.
“ Kacamata yang dari kak Rama?” tanyanya.
“ Dia bukan kakak gue lagi.” desisku. Citra menghentikan aksinya.
“ Pas gue diserang kak Sinta sama kak Mirna gue ngelawan. Hingga akhirnya gue dorong kak Mirna sampe jatoh dan itu bertepatan sama datengnya mantan kakak gue. Dan loe tau? dia milih percaya sama mereka dibandingin sama gue. Apalagi setelah kak Mirna ngomong kalo gue nampar dialah, bentak dialah, dorong dialah. Dia bentak gue di depan anak-anak.” Ujarku bergetar. Citra memelukku dan menenangkanku.
“ karena gue emosi gue bilang sekalian kalo itu bener. Finally, gue dihukum disuruh ngebersihin lab biologi sama kimia selama sebulan. Gue malah seneng karena gue males ketemu sama mantan kakak gue.” Ujarku.
“ Sabar Fir. Loe pasti sakit hati banget. gue tau loe wanita kuat. Loe kan masih punya gue sama Dimas.” Ujarnya. Dia mengeratkan pelukannya.
“ Iya Cit, loe bener. Gue pasti bisa. Gue cuman gak habis pikir aja. Thanks ya.” Aku tersenyum lega.
“ Sama-sama Fir. Gue juga bakal bantuin loe ngejalanin hukuman loe.” Dia melepas pelukannya.
“ Hhee... makasih ya. Ehh bentar deh. Loe bolos?” tanyaku. Dia terkikik.
“ Hehe... iya. Yaa abis, gue panik pas denger kalo loe berantem sama senior.” Ujarnya watados.
“ Hahahaaa, dasar loe.” Ujarku.
Setelah itu aku memutuskan untuk pulang ke rumah Citra tanpa mengajak Dimas. Aku hanya ingin menenangkan diriku. Lagipula keluarga Citra sudah sangat mengenalku. Aku sangat sering kesana. Kita sudah kenal sejak SMA dan kami juga sudah bersahabat sejak itu. disana suasananya sangat nyaman. mereka sudah menganggapku keluarganya sendiri. Disini seperti rumah kedua bagiku. Karena sudah malam Citra mengantarku pulang. Di perjalanan kami mampir sebentar ke apotek untuk membeli beberapa masker. Aku tidak mau sampai tante Lisa melihatnya. Aku bukannya takut beliau memarahiku, aku hanya takut tante Lisa khawatir. Aku tidak mau itu.
“ Assalamualaikum.”
“ Waalaikumsalam, astaga Fira? Kamu kemana aja sayang. tante khawatir sama kamu. Gak ngasih kabar lagi.” tante Lisa memelukku. Kulihat disana juga ada orang itu. aku sudah malas menyebutkan namanya.
“ Heheheee.. maaf ya tante. Tadi Lisa kerumahnya Citra. Hp Lisa rusak, jadi gak bisa ngubungin tante. Lisa gak apal nomornya. Maaf ya, udah bikin tante khawatir.” Ujarku. Tante Lisa tersenyum lega.
“ Ya gak apa-apa sayang. besok tante beliin hp baru buat kamu.” Aku tersenyum tipis.
“ Gak usah tante, Fira punya tabungan kok. Fira beli sendiri aja.” Tolakku halus.
“ Tapi Fir.........”
“ Kalo dianya gak mau ya gak usah dipaksa kali mah.” Desis orang itu. ciihh... menyebalkan.
“ Iya tante, gak usah.” Balasku lagi.
“ HP loe kenapa bisa rusak? Loe banting?” katanya sinis tanpa menatapku.
“ Emang iya gue banting. Masalah buat loe?” ujarku tajam.
“ Kalian apa-apaan sih.” Lerai tante Lisa.
“ Fira ke kamar dulu tante. Oh iya, tadi Fira udah makan di rumahnya Citra. Fira pengen langsung istirahat aja. Daa tante, Fira masuk dulu.” Ujarku. Aku bernafas lega karena tante Lisa tidak curiga aku memakai masker, syukurlah.
Author POV
Setelah membersihkan diri dia langsung berbaring di ranjangnya. Pikirannya melayang kemana-mana. Jika mengingat tentang kejadian tadi siang dia hanya bisa tersenyum miris. Hatinya sangat sakit, namun dia tidak menangis. dia sudah berjanji pada dirinya sendiri kalau dia tidak akan menangis setelah kematian kedua orang tuanya. Cukup itu yang terakhir. Namun seberapa kuat ia menahan rasa sakit itu dia tetaplah seorang wanita.
“ Pah, mah, kenapa kalian tidak mengajakku sekalian?” lirihnya. Setelah itu dia tidur.
Keesokan harinya Fira sengaja bangun sangat pagi. Tante Lisa yang melihatnya terlihat sedikit kaget karena jam setengah 7 Fira sudah terlihat rapi. Kalo biasanya dia akan berangkat jam 8. Hemm...
“ Tumben jam segini udah rapi? Ada kuliah pagi?” tanya tente Lisa. Fira meminum susu yang sudah tante Lisa siapkan.
“ Heheheee.. iya tante. Ini juga mau dijemput Citra kok.” Jawabnya.
“ Tapi sarapannya belum siap sayang.” tante Lisa masih menggoreng sesuatu.
“ Heheheee... tidak papa kok tante. Nanti sarapan aja di kampus.” Balasnya sambil menyunggingkan senyum.
“ Ohh iya, nanti kalo bisa pulangnya jangan malam-malam ya. Om Fadhil nanti pulang. Om Fadhil pasti seneng liat kamu.” Ujar Tante Lisa tersenyum. Heemm... terlihat senang sekali.
“ Beneran tante? Hwaaa.... pantesan tante Lisa kayaknya seneng banget. hehe... ternyata om Fadhil mau pulang ya.” Goda Fira. Tante Lisa tersenyum malu-malu.
“ Bisa aja kamu. Oh iya, kamu flu ya Fir? Kok pake masker sih?”
“ Ehhh... anu.. iii..iiya tante. Fira flu, makanya pake masker. Tante, Fira berangkat dulu ya. Kayaknya Citra udah ada di depan deh. Assalamualaikum.” Pamitnya.
“ Waalaikumsalam, ati-ati.” Teriak tente Lisa. Fira mengangguk dan tersenyum.
Dan benar saja, ketika sampai depan sudah ada Citra dengan motor maticnya. Heemmm.... pagi ini dia terlihat bersemangat. Fira senang melihatnya.
“ Yuk Cit, langsung aja. Nenti keburu mantan kakak gue bangun.” ujar Fira. Citra mengangguk dan bergegas. Setelah itu mereka berangkat.
Mereka sampai kampus jam 7 pagi. Masih terlihat sepi, hanya ada beberapa mahasiswa yang berlalu lalang. Setelah memarkirkan motor mereka pergi ke kelas mereka.
“ Fir, loe masih cinta gak sama kak Rama setelah kejadian kemaren?” mereka masih berada di koridor. Fira terdiam dan memandang kosong.
“ Heemm... gue gak tau Cit. Dia udah berubah. Dia bukan seperti dulu lagi. sampai kapanpun dia cuman nganggep gue adiknya aja. Dan loe tau sendiri kan kalo dia udah punya pacar.” Ujarnya lemas.
“ Kok Kak Rama mau ya sama kak Mirna. Dia itu modal tampang doang tapi perilaku nol besar.”
“ Hahahaaa... gue gak tau Cit. Gue udah gak mau mikirin mereka lagi. gak ada gunanya. Lagian cowok masih banyak kan?” Fira berusaha tabah. Citra sangat tau jika sahabatnya itu sedang menahan pilu. Dia tau betul bagaimana perasaan sahabatnya itu.
“ Cit, kita ke kantin yuk. Gue belum sarapan nih.” Ajak Fira mengelus-elus perutnya. Citra nyengir.
“ Hahahaaa. Dasar loe. Yuk,” balas Citra.
Setelah memesan makanan mereka mencari tempat yang nyaman. fira memesan satu porsi nasi goreng sedangkan Citra hanya membeli segelas susu. Mereka asik dengan pesanan masing-masing.
“ Ehh ehh... Fir, loe liat deh cowok itu.” tunjuk Citra pada mahasiswa cowok tak jauh dari mereka. Kening Fira berkerut, pasalnya dia tidak mengenal cowok yang dimaksud sahabatnya.
“ Emang siapa? Loe naksir?” ujar Fira malas. Nasi gorengnya hampir habis.
“ Gak sih, dihati gue kan cuman ada Dimas seorang. Cowok itu namanya Danang. Fakultas MIPA. Gue denger-denger dia naksir sama loe Fir.” Celetuk Citra.
“ Uhuukk.. uhuukk....” Fira tersedak dan refleks meminum tehnya.
“ Jangan bercanda deh.” Sewot Fira.
“ Yeeee... siapa juga yang boong. Emang elo sama sekali gak kenal sama dia?” Fira menggeleng polos. citra menepuk jidatnya.
“ Astaga Firaaaaa.. loe itu kudet kuper atau apa sih. Dia itu populer sayang. dia juga aktivis disini. belum lagi dia itu asdos loh. Hemm... yang loe tau cuman kak Rama sih. Gak ada apa-apanya tau. dia juga imut kok.” Papar Citra. Fira hanya manggut-manggut.
“ Trus kenapa loe jelasin ke gue?” tanya Fira polos.
“ Yaaaa... siapa tau aja loe suka trus bisa move on deh dari kak Rama. Daripada digantungin mulu.” Celetuk Citra watados.
“ Heemm.. loe bener juga sih.”
SKIP
“ Baiklah, sekian untuk hari ini. sampai jumpa minggu depan.” Setelah itu dosenpu keluar dari kelas itu. satu persatu mahasiswa keluar terkecuali Dimas, Citra, dan Fira. Mereka sepakat untuk membantu Fira menjalani hukumannya. Karena tak ingin membuang waktu mereka langsung pergi ke lab biologi dan fisika.
“ Guys, kita bagi tugas aja ya biar cepet. Cit, loe sama Dimas di lab fisika. Biar gue di lab biologi.” Ujar Fira. Dimas dan Citra mengangguk setelah itu pergi.
Ceklek.......
Dengan ragu Fira membuka pintu lab biologi. Heemm.... dilihatnya ruang yang penuh dengan beberapa anatomi tubuh manusia itu dengan seksama. Cukup menyeramkan menurutnya. Dia segera mencari alat kebersihan yang ada. Dia menghela nafas, ruangan ini sangat kotor.
Ceklek...
Tiba-tiba ada yang membuka pintu ruang itu. dia tidak menoleh karena dia mengira kalo itu Citra dan Dimas. Dia masih asik menyapu.
“ Loe udah selesai Cit? Cepet banget?” ujar Fira.
“ Ngapain loe disini?” Fira mendongak karena mendengar suara bass laki-laki. Dilihatnya seorang cowok tinggi berkacamata yang sedang menatapnya. Dia seperti familiar dengan orang itu namun dia lupa.
“ Loe siapa?” Fira memandang lelaki itu dari atas sampai bawah.
“ Harusnya gue yang nanya. Nama gue Danang. Anak MIPA. Gue udah biasa kesini.” Ujarnya datar.
“ Ohh... kenalin nama gue..................”
“ Nanda Safira kan? Anak Ekonomi?” potong Danang. Fira berubah cengoh. Dia menggaruk belakang kepalanya.
“ Emmm... kok loe tau?” tanya Fira ragu.
“ Loe ngapain disini?” bukan menjawab, Danang malah balik tanya. Fira mendengus.
“ Gue dihukum disuruh ngebersihin lab fisika sama biologi selama sebulan.” Balas Fira sambil menyapu.
“ Ohhh... yang insiden di perpustakaan itu ya?” Danang mengambil sesuatu dari sebuah lemari.
“ Yaa gitu lah.” Balas Fira seadanya.
Kemudian suasana hening. Mereka sibuk dengan aktivitas masing-masing. Fira sibuk membersihkan tempat itu sedangkan Danang sedang membersihkan beberapa tabung rekasi dan benda-benda lain.
“ Gue yakin kalo loe gak salah.” Kata Danang.
“ Loe tau darimana?” Fira memandangnya sejenak.
“ Yaaa... karena loe bukan cewek kayak gitu. lagian gue juga liat kejadiannya.” Balas Danang mendekati Fira.
“ Heemmm...” Fira menunduk. Dia kembali teringat oleh Rama. Betapa sakitnya karena dia lebih percaya kepada kebohongan kekasihnya dibanding dirinya. Dia tersenyum hambar.
“ Loe istirahat aja. Biar gue yang bersihin.” Danang mengambil alih sapu yang ada di tangan Fira. Fira hanya diam memandang lelaki yang baru dikenalnya itu. lelaki yang baik, pikirnya.
“ Thanks Danang.” Ujar Fira. Setelah itu dia duduk di kursi. Dia memandangi Danang yang sedang menyapu. Hemm... manis.
“ Luka loe gimana?” Fira tersentak.
“ Maksud loe?”
“ Yaaaa loe kan kemaren dikeroyok dua orang.” danang hampir selesai membersihkan tempat itu.
“ Heemm... udah mendingan sih. Udah gak bengkak kok. Tapi kalo dipake senyum masih sakit.” tak berapa lama hpnya bergetar. Ternyata sms dari Citra.
From Citra my bff
Sorry Fir, gue gak bisa nganterin loe pulang. Gue ada urusan mendadak. Dimas katanya juga ada urusan. Tapi lab fisikanya udah bersih kok. Maaf ya. Sorry banget. C U tomorrow. Muahh
Fira tersenyum membaca pesan dari sahabatnya itu. setelah itu dia mengetik balasan pada Citra.
To Citra my bff
Biasa aja kali Cit. Gue gak papa kok. Makasih banget ya loe udah mau bantuin gue. Sampe ketemu besok. Muaahh.
Setelah itu dia menaruhnya lagi ke saku celananya. Dia menoleh berniat melihat Danang. Namun seketika itu matanya membulat. Pasalnya kini Danang berada tepat di depannya dengan jarak kurang lebih 15 cm. Fira memundurkan wajahnya dan mengatur nafasnya karena kaget.
“ Gila loe Nang. Gue kaget tau. ahh loeeee,” protes Fira kesal. Danang tersenyum tipis.
“ Lagian loe malah asik-asik main hp. Udah bersih nih semuanya. Loe gak pulang?” Danang meletakkan kembali sapu yang ia gunakan di tempat semula.
“ Hehehee.. maaf deh Nang. By the way gue makasih banget sama loe. Loe udah bantuin gue.” Fira tersenyum manis. Danang terdiam.
“ Ehmm... ehh.. iya. Gak papa kok,” balasnya sedikit gugup. Fira sedikit bingung namun dia hanya diam.
“ Loe pulang pake apa?” sambung Danang.
“ Hemm... kayaknya taksi deh.” Fira berdiri.
“ Bareng gue aja gimana?” Fira berpikir namun sedetik kemudian dia mengangguk.
Mereka berjalan beriringan menuju parkiran. Sesekali mereka mengobrol mengenai diri mereka masing-masing. Tiba-tiba langkah Fira terhenti ketika sampai di dekat lapanagn futsal.
“ Kenapa Fir?” tanya Danang bingung. pandangan Fira tertuju pada dua orang yang sedang duduk mesra disana. Siapa lagi kalau bukan Rama dan Mirna. Dua orang yang sudah membuatnya sakit hati dan menderita. Karena penasaran Danang mengikuti arah pandangan Fira. Dia menatapnya datar.
“ Loe ngeliatin kakak loe?” Danang berujar lirih.
“ Dia bukan kakak gue lagi.” desis Fira sinis. Sedetik kemudian dia merangkul Fira dan menyeretnya mendekati tempat mereka. Mata Fira terbelalak namun dia tetap diam dan menurut. Danang membawanya melewati mereka. Dapat ia lihat jika Rama dan Mirna menatapnya tak percaya. Setelah itu mereka pergi ke parkiran. Fira baru tau maksud Danang melakukan semua itu. dia tersenyum manis.
“ Nang,” lirih Fira.
“ Apaan?” ujar Danang datar.
“ Thanks.” Danang menatapnya dan mengangguk.
“ Kacamata loe gimana?” mereka masih berdiri di dekat motor Danang.
“ Rusak.”
“ Ya udah yuk. Pegangan ya.” Fira terdiam. Lagi-lagi dia teringat oleh Rama.
Selama di perjalanan mereka saling terdiam. Danang konsentrasi menyetir sedangkan Fira terlalu asik melamun. Tiba-tiba dia berhenti di depan alat optik. Fira masih belum sadar bahkan setelah Danang melepaskan helmnya.
“ Fir. Heyy....” Danang melambaikan tangannya di depan Fira. Fira gelagapan dan tersenyum malu.
“ Ehhh... sorry Nang. Udah nyampe ya?” tanya Fira watados. Dia melihat sekeliling dan baru sadar. Danang cekikikan dan mengacak-acak rambut Fira karena gemas. Fira terpaku karena itu. hal itu mengingatkannya lagi dengan Rama.
“ Loe itu keasyikan melamun tau.” balas Danang. Fira manyun.
“ Yuk masuk,” paksa Danang. Danang asik memilih-milih beberapa kacamata minus. Fira diam saja. dia hanya melihat sekeliling.
“ Menurut loe yang bagus mana?” Danang masih melihat-lihat. Fira menghampiri Danang dan menimang-nimang.
“ Kalo menurut gue ini lucu deh. Soalnya warnanya kesukaan gue.” Cengir Fira.
“ Oke mbak, saya ambil yang ini.” ujar Danang pada pegawai disana. Fira membulatkan matanya.
“ Loe mau beliin buat adek loe ya?” tanya Fira polos. danang hanya tersenyum.
“ Loe kalo senyum manis tau. kenapa gak gitu aja. Dari tadi wajah loe datar-datar aja.” Celetuk Fira. Wajah Danang merona.
“ Nih mas, terima kasih.” Ujar pelayan itu. danang mengangguk dan menyeret Fira keluar darisana. Sesampainya di depan toko Danang menyerahkan itu pada Fira.
“ Nih.” Danang memberikannya pada Fira. Fira tak bergeming.
“ Maksud loe apaan?” Fira tak mengerti.
“ Kacamata loe kan rusak. Makanya nih buat loe.” Sambung Danang. Fira cengoh.
“ Loe ngasih ini ke gue Nang? Gak salah?” Fira menatapnya tak percaya. Danang mengangguk mantab.
“ Tapi kenapa?” sambung Fira.
“ Yaaa... anggep aja ini sebagai tanda pertemanan kita. Lagian gue kasian sama loe. Ntar ada tiang loe tabrak lagi.” celetuk Danang. Fira mendengus.
“ Aishh... gak gitu juga kali Nang. Tapi makasih banget ya, hehe. Langsung gue pake aja ya.” Danang tersenyum.
“ Hwaaa... kok pas. Sama kayak kacamata gue yang dulu. Padahal kan tadi gue gak periksa dulu.” Gak diperiksa gue juga udah tau Fir, batin Danang. Setelah itu mereka pulang. Danang mengantarnya sampai depan rumah. Setelah mengucapkan terima kasih Fira masuk dan Danang pulang.
“ Darimana aja loe?” tanya Rama. Dia sedang asik nonton TV.
“ Bukan urusan loe.” Sinis Fira.
“ Kacamata baru nih.” Sindir Rama.
“ Iya, dibeliin sama Danang.” Fira membuka kulkas dan meminum air putih. Rama membulatkan matanya.
“ Danang? Sejak kapan loe deket sama dia?” tanyanya penuh selidik.
“ Kepo,” balas Fira datar.
“ Ohhh... jadi sekarang loe pacaran sama dia? Pantesan aja tadi tangkul-rangkulan segala.” Cibir Rama. Fira menatapnya penuh kebencian. Namun dia berusaha tenang.
“ Tante mana?” Fira mengalihkan pembicaraan.
“ Lagi jemput papah di bandara.”
“ Ohhh..... kenapa gak sama loe?” rama menatap Fira.
“ Bukan urusan loe.” Balas Rama dingin. Fira mendengus dan masuk ke dalam kamarnya. Rama menatapnya lirih.
Tante Lisa akhirnya pulang bersama Om Fadhil. Fira dan Rama menyambutnya penuh sukacita mengingat jika om Fadhil hanya bisa pulang beberapa kali dalam setahun. Yaa tapi mereka masih tetap saja tidak akur padahal om Fadhil sudah pulang. Tante Lisa hanya bisa pasrah. Karena sudah malam akhirnya mereka semua beristirahat.
Keesokan harinya mereka sarapan bersama. Acara sarapan tersebut berlangsung dengan suasana hening. Om Fadhil merasa ada yang aneh karena biasanya acara sarapan akan berubah menjadi canda tawa namun ini hanya hening. Apalagi saat melihat wajah Fira dan Rama yang tanpa ekspresi dan makan dalam diam.
“ Rama, Fira, kalian berantem ya.” Om Fadhil memecah keheningan.
“ Gak.” Jawab mereka kompak. Tante Lisa menghela nafas.
“ Kalian kenapa?” tanya Om Fadhil sekali lagi.
“ Tuh tanyain sama Nanda. Tiap hari kalo pulang dianterin sama cowok yang beda-beda. Dia pikir dia siapa? Lagian gak enak sama tetangga. Dikirain ada apa-apa lagi.” ujar Rama datar. Nadanya penuh kebencian. Fira menatapnya penuh amarah. Tante Lisa hanya diam.
“ Fira? Apa itu bener?” tanya Om Fadhil.
“ Kemaren Fira emang dianterin temen Fira Om. Lagian kan gak papa kan Om?” Fira menjelaskan.
“ Ciihh... temen apa demen.” Sindir Rama. Mendengar itu Fira langsung melayangkan tatapan tajam keraha Rama.
“ Kamu kan bisa pulang sama Rama sayang.” ujar Om Fadhil. Fira tersenyum sinis.
“ Gimana mau nganterin om. Orangnya aja asik pacaran sama kak Mirna. Ya udah, mumpung ada yang nawarin ya Fira mau aja.” Fira tersenyum puas. Wajah Rama pucat pasi. Tak lama Om Fadhil menatap tajan anak semata wayangnya itu.
“ Jadi kamu masih pacaran sama gadis tidak sopan itu?” om Fadhil emosi. Tante Lisa berusaha menenangkan om Fadhil.
“ Ehhmmm... ituuu.... iya pah. Rama masih pacaran sama Mirna. Dia gadis baik kok.” Rama menunduk.
“ Udah pah, tenang dulu. Jangan emosi,” ujar tante Lisa.
“ Gimana bisa tenang mah? Kelakuan anak kamu udah keterlaluan. Sudah jelas kalau kita tidak menyukai Mirna dan menentang hubungan mereka tapi Rama masih meneruskan itu.” Rama dan Fira diam seribu bahasa.
“ Ehmmm... sebelumnya Fira minta maaf. Fira bukan bermaksud untuk ikut campur. Tapi menurut Fira kalau mereka saling mencintai apa salahnya om. Lagipula anak om sudah dewasa. Sudah tau mana yang baik dan buruk, tau mana yang pantas untuk dia tau tidak. Jadi yaaa.... beri mereka kesempatan.” Fira menguatkan hatinya ketika mengatakan itu. tante Lisa dan om Fadhil menatap Fira. Rama menatap Fira tak percaya.
“ Huft..... baiklah. Papah beri kamu kesempatan Rama. Tapi ini yang terakhir. Inipun juga karena Fira.” Om Fadhil luluh. Rama tersenyum cerah sementara Fira, dia hanya bisa tersenyum miris. Tante Lisa hanya pasrah. Dia memandang Fira pilu.
“ Ehhmm.... Om, tante, Fira berangkat dulu ya.” Pamit Fira.
“ Biar dianterin sama Rama,” tante Lisa menahan tangan Fira. Fira tersenyum lembut.
“ Gak usah tante. Fira bisa sendiri kok.” Ujar Fira. Fira mencium tangan om Fadhil dan tante Lisa, dan itu tanpa menatap Rama sedikitpun.
“ Assalamualaikum,” pamit Fira.
“ Walaikumsalam,” jawab mereka semua kompak. Setelah itu Fira berangkat. Saat sampai depan, matanya terbelalak. Pasalnya di depan ada Danang yang sedang tersenyum lembut padanya. Fira berlari menghampirinya.
“ Danang?” Fira menatapnya tak percaya.
“ Hey Fir,” sapa Danang.
“ Loe ngapain?”
“ Mau jemput loe. Yuk berangkat, keburu telat,” ajak Danang. Fira tersenyum senang dan menuruti Danang. Setelah itu mereka berangkat. Rama yang melihatnya hanya diam. Dia memegangi dadanya yang entah kenapa terasa sakit. tante Lisa yang melihat itu hanya prihatin.
Sesampainya mereka di kampus, banyak mahasiswa yang menatap mereka tak percaya. Setahu mereka, Fira dan Danang tidak mengenal satu sama lain. namun saat ini mereka berangkat bersama dan mereka terlihat akrab. Selain itu banyak juga yang tidak suka melihat kedekatan mereka. Siapa lagi kalau bukan fansnya Danang. Citra yang saat itu bersama Dimas juga sangat terkejut. Namun seulas senyum tercetak dibibirnya. Dimas memandang mereka sendu.
“ Udah Dim, jangan cemburu.” Celetuk Citra.
“ Gak, biasa aja gue,” kilah Dimas. Citra tertawa lebar.
***
“ Fir, loe tadi berangkat bareng sama Danang? Ko bisa? Bukannya loe gak kenal ya sama dia? Kok loe keliatan udah akrab banget sih sama dia?” Citra memberondong Fira dengan pertanyaannya. Setelah kuliahnya tadi selesai dial langsung menyeret Fira ke kantin. dimas hanya mnegikuti mereka.
“ Gila loe Cit, loe kalo nanya satu-satu napa? Gue jawabnya gimana?” sungut Fira. Citra nyengir watados. Dimas hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
“ Hehehee... yang penting sekarang loe cerita ke gua,” Citra terlalu excited.
“ Haahh. Iya-iya. Bawel loe ah. Kemaren gue kenalan sama dia pas di lab biologi. Loe tau sendiri kan kalo dia anak MIPA. Dia sering kesana.” Citra mendengarkannya dengan seksama.
“ Trus-trus,” Citra penasaran setengah mati.
“ Dia baik banget tau. dia bantuin gue bersihin lab biologi hehe. Habis itu dia nganterin gue pulang. Eehh... di jalan dia beliin gue kacamata. Katanya sih dia ngeliat kejadian tempo hari di perpustakaan. Trus dia kasian sama gue jadi dibeliin deh,” Dimas tersenyum hambar.
“ Hwaaaa... jadi benerkan yang gue bilang. Dia itu suka sama loe,” celetuk Citra sambil senyum-senyum gaje. Fira melengos.
“ Ada-ada aja loe.” Balas Fira.
“ Udah-udah. Dasar cewek, tukang ngrumpi. Kalo makanan loe pada gak loe makan mending kasih ke gue,” celetuk Dimas.
“ Enak aja loe,” balas Citra tak terima. Sementara itu dari kejauhan Rama terus memandangi Fira. Perasaan bersalah sedikit ia rasakan. Apalagi tadi pagi ketika Fira membelanya, padahal akhir-akhir ini dia sering mengacuhkannya dan selalu ketus.
Semenjak Fira mengenal Danang mereka semakin dekat. Bahkan terkadang juga menghabiskan waktu bersama entah itu makan siang, jalan-jalan atau ke mall. Namun dia juga semakin jauh dengan Rama. Namun tak dapat dipungkiri jika yang Fira cintai hanya Rama, bukan orang lain. awalnya Rama tidak terlalu menghiraukannya. Namun lama kelamaan dia semakin merindukan Fira. Gadis yang ia anggap sebagai adiknya itu. namun akhir-akhir ini mereka jarang bertemu. Rama sadar jika Fira membencinya. Dia juga tidak menyalahkan Fira karena memang dialah yang salah.
Hari ini Rama pulang cepat setelah tadi dia memutuskan hubungannya dengan Mirna. Dia sudah tau semuanya. Ternyata selama ini Mirna bukanlah gadis baik-baik. dia berselingkuh dengan teman baik Rama sendiri. Apalagi setelah Mirna menjelaskan tentang insiden di perpustakaan. Dia tidak menyangka jika Mirna tega melakukan itu. dia sangat merasa bersalah karena telah membela orang yang salah.
Flashback On
Rama ingin pergi ke ruang dosen. Ketika dia melewati gudang dia seperti mendengar sesuatu. karena penasaran dia mengintip. Beberapa detik kemudian dia membulatkan matanya kaget. Dilihatnya kekasihnya yang sedang berciuman panas dengan sahabatnya sendiri. Dia hanya diam. Dia memang kecewa namun dia tidak merasa kalau hatinya sakit. akhir-akhir ini hubungan mereka memang sedikit renggang. Tanpa sadar bibirnya melengkung membentuk huruf V. Dengan mantab dia menghampiri dua orang itu.
“ Ehemm.....” dehem Rama. Mirna dan Yuda terlonjak kaget. Rama tersenyum sinis.
“ Rama?” pekik Mirna tak percaya.
“ Iya ini gue,” ujar Rama datar. Yuda tertunduk diam.
“ Gue bisa jelasin ini sayang,” Mirna menghampiri Rama dan menggenggam tangannya.
“ Gak usah, gue udah tau semuanya.” Ujar Rama malas.
“ Kamu salah sangka sayang. aku ngelakuin ini karena hubungan kita akhir-akhir ini gak jelas.” Mirna mencoba menjelaskan.
“ Karena cuman itu loe ngelakuin ini?” bentak Rama. Mirna terlonjak kaget. Matanya berkaca-kaca.
“ Oke, sebenernya gue emang suka sama Yuda, puas loe!” pekik Mirna.
“ Gue puas, gue rasa kita udah gak apa-apa lagi.” ujar Rama setelah itu berbalik.
“ Gue juga puas kemaren udah berhasil malu-maluin Fira di depan umum. Gue juga udah berhasil bikin Fira benci sama loe, hahaaa. Sebenernya kemaren gue yang pertama nyari gara-gara sama dia. Gue sengaja pecahin kacamata yang katanya dari loe. Cihh.... kacamat butut aja ditangisin sampe segitunya. Trus gue tampar deh adek loe yang gak tau diri itu.” terdengar nada puas dari Mirna. Tangan Rama mengepal.
“ Untungnya sih dia gak ngelawan. Haha... dasar bego. Apalagi pas loe percaya sama gue kalo Fira mukul gue. Loe tau? gue yang fitnah dia. Haha... loe bego banget karena lebih percaya sama gue Ma,” emosinya sudah ingin meledak ketika mendengar semua itu. rama berbalik dan menatap tajam Mirna. Yuda berdiri di samping Mirna.
“ Dasar cewek murahan,” bentak Rama.
“ Jaga ya omongan loe,” kata Yuda menengahi.
“ Loe gak usah ikut-ikutan deh. Dasar musuh dalam selimut. Tapi tenang aja, gue hibahin Mirna buat elo. dia belum gue apa-apain kok. Najis banget gue nyentuh dia. Dan asal loe tau ya, gue sama sekali gak sakit hati. gue malah seneng akhirnya bisa lepas dari cewek murahan kayak loe,” ujar Rama penuh penekanan. Seketika itu Yuda melayangkan tinju pada wajah Rama. Untung saja Rama bisa menangkapnya dan balik memukul Yuda. Cukup untuk membuat hidung Yuda berdarah.
“ Dan buat loe, kalo sampe loe ngapa-ngapain Nanda apalagi bikin lecet Nanda dikit aja. Loe bakal tau akibatnya. Loe tau kalo gue gak pernah main-main,” ancam Rama. Mirna memandangnya takut. Setelah itu Rama berlalu darisana.
Flashback Off
Rama menunggu Fira di teras depan. Dia ingin meminta maaf pada Fira. Dia sangat merasa bersalah karena telah menuduh yang tidak-tidak. Selain itu akhir-akhir ini sikapnya juga sungguh keterlaluan pada gadis cantik itu. padahal kalau dipikir-pikir itu bukanlah kesalahan Fira. Cukup lama dia menunggu Fira. Hingga akhirnya dia mendengar suara motor berhenti di depan rumahnya. namun setelah beberapa detik motor itu terdengar pergi dari sana. Tak lama Fira datang. rama tersenyum cerah.
“ Assalamulaikum,” Fira mengucapkan salam. Rama berdiri dan melemparkan senyum.
“ Waalaikumsalam, baru pulang Nda? Darimana?” tanya Rama terkesan ramah. seperti dulu sebelum semuanya berubah. Fira menatap Rama tak percaya namun setelah itu dia tersenyum tipis.
“ Habis jalan-jalan sama Danang,” balas Fira. Entah kenapa ketika mendengar Fira mengucapkan nama Danang Rama tak suka. Dia tersenyum kecut.
“ Nda,” panggil Rama lirih.
“ Gue minta maaf sama loe,” sambung Rama. Fira menatap Rama tak percaya.
“ Minta maaf kenapa? Loe gak salah,” balas Fira sinis.
“ Maaf karena gue milih percaya sama Mirna ketimbang loe. Lagipula yang salah bukan loe,” Rama memandang sendu Fira. Hati Fira sedikit luluh.
“ Wajar kalo loe milih percaya sama pacar loe sendiri,” ujar Fira.
“ Dia bukan pacar gue lagi.” balas Rama tersenyum tipis. Fira mendongak dan memandang Rama.
“ Loh, udah putus? Ko bisa?” pekik Fira. Dalam hati ia merasa senang. Namun sekuat tenaga ia menutupinya.
“ Ya bisa. Lagian sikapnya juga seenaknya aja. Selain itu papah sama mamah juga kan gak suka. Anehnya gue gak ngerasa sedih sama sekali,” balas Rama. Fira hanya manggut-manggut walau dalam hatinya sebenarnya dia sedang berteriak senang.
“ Iya, udah aku maafin. Aku mau masuk dulu.” Ujar Fira datar. Setelah itu dia masuk. Rama memandangnya sendu.
“ Dia masih marah sama gue,” ujar Rama sendu.
Di dalam kamar Fira tersenyum-senyum sendiri. Dia sangat senang akhirnya sikap Rama kembali seperti dulu padanya. Perhatian yang dulu ia rindukan sekarang sudah ia rasakan lagi. dia tersenyum manis. Ada secercah harapan untuknya bisa bersama Rama. Yaaa... walaupun itu sulit dia akan terus mencoba. Tapi.... tak bisa dipungkri jika akhir-akhir ini ada sosok yang mulai masuk ke dalam hatinya. Danang, ya sosok itu membuatnya nyaman kahir-akhir ini. sikapnya yang sangat dewasa itu cukup membuat Fira tertarik padanya. Belum lagi sifat lainnya yang ada pada diri Danang. Apakah dia akan berpaling atau tetap pada cinta pertamanya.
-///-
Tok...tok...tok...
Fira yang mendengar pintu kamarnya diketuk segera membuka pintu kamarnya. Dlihatnya tante Lisa dan Om Fadhil dengan pakaian rapi dan membawa tas jinjing. Fira menatapnya bingung. pasalnya ini adalah malam minggu.
“ Ada apa om, tante?” tanya Fira.
“ Jadi begini sayang, om sama tante akan ke Surabaya. Ada keperluan yang sangat mendesak. Tante harap kamu mau mengawasi Rama. Rama tidak ikut. Bibi lagi sakit sayang. bantu tante ya, tante percaya sama kamu.” Ujar tante Lisa memelas. Fira sedikit terkejut. Jadi itu akhirnya dia akan berdua saja dengan Rama.
“ Ehhmm... baik tante. Saya akan usahakan,” balas Fira. Dalam hati dia sedikit gugup. Bayangkan saja dalam rumah sebesar ini dia hanya berdua saja dengan Rama. Yaaa.. meskipun masih ada satpam dan bibi sih. Tapi bibi kan sedang sakit.
Chup..
Tante Lisa mencium kening Fira sementara om Fadhil mengelus puncak kepalanya. Fira tersenyum lembut. Setelah itu Fira mengantar tante dan om Fadhil sampai depan disusul Rama di belakangnya. Setelah itu mereka kembali dengan aktivitas masing-masing. Namun tiba-tiba Fira teringat jika dia sudah ada janji dengan Danang. Tepat pukul 7 nanti Danang akan menjemputnya dan itu tinggal 20 menit lagi. diapun bergegas. Dia bingung karena dia juga sudah berjanji untuk menjaga Rama. 10 menit kemudian dia menuruni tangga.
“ Nda, gue laper. Loe mau gak masakin gue makan.............” ujar Rama tiba-tiba. Ucapannya terhenti karena melihat penampilan Fira yang sudah berubah rapi. Seperti ingin pergi ke suatu tempat.
“ Ehmm... emang gak ada makanan sama sekali ya? Gue udah ada janji sama Danang kak.” Balas Fira, dia sedikit merasa bersalah. Raut wajah Rama berubah sendu. Dia merasa tidak rela jika Fira pergi dengan Danang. Tak lama ada suara motor behenti di depan rumah. Fira menoleh.
“ Hemm... loe pergi aja deh sama Danang.” Balas Rama tersenyum tipis. Fira menatapnya sejenak setelah itu mengangguk lirih. Setelah itu dia menghampiri Danang di depan. Rama memandangnya sendu. Setelah itu dia memutuskan untuk menonton TV seraya menahan rasa laparnya. Jika dia bisa memasak pastilah dia sudah melakukannya sejak tadi. dia tidak berniat untuk mengantar Fira sampai depan karena itu hanya akan membuatnya sakit hati.
Tak lama setelah itu dia dia medengar motor Danang sudah meninggalkan rumahnya. dia tersenyum miris.
“ Mereka udah berangkat,” ujarnya lirih. Mungkin ini semua balasan untuknya atas sikapnya selama ini kepada Fira. Dia memang patut disalahkan disini.
Ceklek....
Dia mendengar pintu rumahnya terbuka. Rama sedikit terkejut dan menoleh. Matanya membulat dan dia menghampiri orang itu. orang itu ternyata Fira. Rama tersenyum sumringah.
“ Nanda? Kamu gak jadi pergi?” tanya Rama excited. Fira menggeleng dan melenggang masuk ke kamarnya. Rama tak henti-hentinya tersenyum. Paling tidak Fira lebih memilih menemaninya daripada pergi malam mingguan dengan Danang. Tak berapa lama Fira menghampiri Rama dengan pakaian yang sudah ia ganti.
“ Yuk kak kita masak, bibi kan lagi sakit.” ajak Fira datar. Rama mengangguk semangat. Sesampainya di dapur Fira membuka kulkas dan ternyata kosong. Tidak ada sayuran sama sekali disana. Bahkan telur satu butirpun tak ada. Dia menghela nafas. Rama yang berada dibelakangnya bingung.
“ Kenapa Nda?” tanya Rama.
“ Semua bahan makanan habis kak.” Ujarnya lemas. Rama terdiam dan mengelus perutnya sendiri. Fira sedikit khawatir karena dia tau jika Rama mempunyai maag yang cukup kronis.
“ Trus gimana Nda?” ujarnya frustasi.
“ Yaaaa... kita beli aja di luar. Beli bahan makanan di supermarket atau beli jadi aja. Sate kambing misalnya?” usul Fira. Rama berpikir.
“ Hemm.. kayaknya nanggung kalo kita beli bahan makanan. Belum lagi kita mesti masak kan. Kita nyari sate aja yuk,” ajak Rama. Fira mengangguk. setelah itu mereka berangkat. Rama mengeluarkan sepedanya dari garasi. Fira yang melihatnya menaikkam sebelah alisnya.
“ Kita naik sepeda?” Fira terlihat tidak yakin sementara Rama mengangguk semangat. Setelah itu mereka berangkat.
-@@@-
Rama terus memandangi Fira yang tengah asik memakan makanannya sambil tersenyum. Dia melupakan rasa laparnya begitu saja. Bahkan sesekali dia tersenyum sendiri ketika mengingat kejadian tadi. kejadian ketika dia berboncengan dengan Fira. Dia tadi memaksa Fira untuk memeluknya agar Fira tidak jatuh. Rama tau jika dia hanya terpaksa namun walau begitu dia tetap senang. Beberapa saat kemudian dia tersadar dan menghabiskan makanannya. Setelah mereka menghabiskan semuanya mereka pulang. Dan Rama sangat senang karena dia akan dipeluk lagi oleh Fira.
Fira POV
Jujur hari ini aku sangat senang. Aku bisa berjalan-jalan dengan kak Rama. Apalagi akhir-akhir ini kami jarang bersama namun akhirnya sekarang kami sudah baikan. Jika mengingat tadi ketika kak Rama memboncengku aku senyum-senyum sendiri. Jantungku berdetak tak biasa. Getaran itu kembali muncul ketika aku besentuhan fisik dengannya. Haaahhh... mungkin aku memang masih mencintainya. Bahkan aku masih mengingat aroma maskulin dari punggungnya. Seperti nikoton yang membuatku kecanduan untuk terus menghirupnya. Tapi bagaimana dengannya? Dia memang baru putus dengan kak Mirna tapi aku juga belum yakin kalau dia sudah tidak menyukai kak Mirna. Kugelengkan kepalaku dan memutuskan untuk tidur. Aku tidak mau memusingkan kepalaku dengan urusan seperti ini.
Keesokan harinya aku bangun cukup pagi. Setelah itu mandi. Tak berapa setelah aku berpakaian ada yang mengetuk pintu kamarku. Sepertinya kak Rama. Aku membukanya dan benar itu kak Rama. Dia sudah rapi dengans setelan olahraganya.
“ Pagi Nda, kamu udah mandi kan?” tanyanya. Dia tersenyum lembut. Bisa gila aku kalau terus melihatnya tersenyum seperti itu.
“ Iya kak,” aku menjawab dengan sedikit gugup.
“ Bagus, kamu mau kan nemenin kakak lari pagi,” ujarnya. Mau tidak mau aku mengangguk lagi. bagaimana bisa aku menolaknya jika dia terus tersenyum seperti itu.
“ Bagus, kamu ganti baju ya. Kakak tunggu di bawah. Nanti kita sarapan buburnya pak Zainal di ujung kompleks aja.” Katanya. Setelah itu dia pergi. Aku menutup pintu setelah itu memegangi dadaku. Aku merasakan gugup luar biasa di sekujur tubuhku. Setelah itu aku berganti baju dengan cepat karena tak ingin membuatnya menunggu lama.
SKIP
Kami berlari mengelilingi kompleks beberapa kali. Tubuhku sudah banjir keringat. Yaaa... tak apa, itung-itung diet. Hahaa... lagipula aku bersama kak Rama. Tiba-tiba terbersit sesuatu yang mengganggu pikiranku. Tapi... aku ragu untuk bertanya padanya.
“ Kak,” panggilku. Nafasku ngos-ngosan, sangat. Kak Rama menatapku.
“ Aku ingin bertanya sesuatu padamu,” ujarku akhirnya. Dia memelankan larinya begitu juga denganku.
“ Apa Nda.” Balasnya. dia tersenyum lembut.
“ Ke... kenapa kakak sejak dulu memanggilku dengan Nanda? Bukan Fira seperti yang lainnya?” aku menunggu jawabannya. Dia menghentikan langkahnya. Kemudian dia menggenggam tanganku. Lagi-lagi aku harus menahan gugup karena ulahnya.
“ Bukankah namamu Nanda Safira? Jadi tidak ada yang salah kan?” sambungnya.
“ Tapi orang-orang memanggilku dengan Fira, bukan Nanda. Tante Lisa dan Om Fadhil juga memanggilku seperti itu.” balasku. Tatapannya melembut. Sangat berbeda kali ini.
“ Nanda terdengar lebih bagus menurutku. Lagipula aku ingin berbeda dari yang lain. anggap saja itu panggilan spesialku padamu,” balasnya. wajahku memanas sekarang. Untung saja dia melanjutkan larinya dan aku mengekorinya di belakang.
Author POV
Setelah sarapan bubur mereka memutuskan untuk pergi ke supermarket membeli persediaan makanan. Rama mendorong trolly yang berisi persediaan makanan sedangkan Fira yang memilih-milih. Jika dilihat mereka seperti pasangan suami yang baru menikah.
“ Astaga.... kalian serasi sekali.” celetuk salah sati ibu-ibu di belakang Fira. Mereka saling berpandangan dan tersenyum kikuk.
“ Terima kasih Bu,” balas Rama yang disambut tatapan mengintimidasi dari Fira.
“ Jaman sekarang jarang loe ada suami yang mau menemani istrinya belanja pagi-pagi.” Ibu-ibu itu tersenyum memandang mereka. Mereka semakin gugup.
“ Ehmm... ibu kesini bersama siapa?” Fira mengalihkan topik.
“ Ibu sendiri nak. Suami saya sedang berada di luar kota.” Ibu itu tersenyum memperlihatkan keriputnya. Mereka manggut-manggut tanda mengerti.
“ Kalau begitu saya permisi.” Pamit ibu-ibu itu. mereka berdua mengangguk dan tersenyum. Setelah itu suasana menjadi canggung. Mereka belanja dalam hening.
Sejak hari itu ada yang berbeda dari mereka. Setiap bertemu atau melakukan sentuhan fisik mereka menjadi gugup dan canggung. Yaaaa... bisa dibilang kalau mereka salah tingkah. Om Fadhil dan tante Lisa masih belum kembali dari Surabaya. Hal itu membuat mereka tidak nyaman. seperti hari ini misalnya, saat mereka sarapan Rama tak sengaja memegang tangan Fira yang saat itu ingin mengambil selai. Mereka seperti terkena listrik. Setelah itu mereka gugup dan canggung.
Akhir-akhir ini Fira juga menolak jika Danang mengajaknya berangkat atau pulang kuliah bersama. Hal itu karena sekarang ada Rama yang mengantarnya kemanapun ia pergi. Fira cukup senang dengan hal itu. hubungannya dengan Rama sudah kembali seperti dulu. Namun ada kekhawatiran dalam hatinya. Dia takut jika Rama hanya menganggapnya sebagai adik. Yaaaa... dia harus menguatkan mentalnya jika itu benar.
“ Cit, gue bingung.” wajah Fira kusut. Mereka sedang bersantai di kantin ditemani Dimas. Namun saat ini keadaannya sudah berbeda. Karena saat ini Citra dan Dimas sudah resmi berpacaran.
“ Pasti gara-gara kakak angkat loe sama Danang kan?” tebak Citra. Dimas hanya mendengarkan tanpa erniat berkomentar, Stay cool. Fira mengangguk mantab.
“ Nanti sepulang kuliah Danang ngajak gue nonton.” Ujarnya frustasi.
“ Dia pasti mau nembak loe Fir. Gue yakin 200%.” Ujar Citra penuh semangat. Dimas memandang kekasihnya dengan tampang datar. Dia sudah terbiasa dengan tingkah kekasihnya itu.
“ Gue mesti gimana donk.” Fira menenggelamkan wajahnya di meja membuat sebagian wajahnya tertutupi rambutnya.
“ Loe mesti nolak Danang. Karena biar bagaimanapun loe cintanya sama Rama. Lagian cinta itu gak bisa dipaksain Fir. Sebaik apapun dan seperhatian apapun Danang sama kamu gue yakin kalo loe tetep suka kan sama Rama. Kalaupun loe nerima Danang kalian nanti malah tersiksa karena hanya ada cinta sepihak dari Danang.” Ujar Dimas yang sejak tadi diam kini angkat bicara. Citra memandang kekasihnya itu dengan tatap takjub dan memuja. Sementara Fira berusaha mencerna apa yang Dimas ucapkan barusan.
“ Aku tau kalo aku cakep, tapi gak gitu juga kali sayang kamu ngeliatin aku.” Celetuk Dimas. Citra hanya tersenyum malu. Fira memasang tampang ingin muntah melihat kemesraan kedua sahabatnya itu.
“ Aku cuman gak nyangka kamu bisa ngomong kayak gitu. biasanya kan kamu diem.” Sambung Citra.
“ Tapi gimana gue ngomongnya sama Danang. Dia pasti sakit hati sama gue. Lagian gue gak mau kalo dia nanti benci sama gue terus pertemanan kami jadi taruhannya,” balas Fira sendu. Citra terdiam karena dia juga bingung.
“ Itu udah jadi konsekuensinya Fir. Udah hukum alam, jika ada yang berbahagia pasti ada juga yang bersedih. Lagian kalo Danang tulus sama loe, dia pasti bakal ngerelain elo bahagia sama pilihan elo.” lagi-lagi Citra memandang Dimas dengan tatapan “ gue makin cinta sama loe “. Senyuman terukir di wajah Fira.
“ Thanks guys, kalian emang sahabat terbaik gue.” Kata Fira sumringah. Setelah itu mereka ke kelas karena mereka akan ada kuliah lagi sampai sore.
SKIP
Rama memandang sendu kepergian Fira dan Danang. Pelan tapi pasti mereka sudah menghilang dari pandangannya. Dia memutuskan untuk pulang dan istirahat. Dia mendesah frustasi di sepanjang perjalanan. Baru saja dia merasa bahagia karena bisa dekat dengan gadis yang disukainya seperti dulu namun dia juga harus ingat jika ada orang lain juga yang menyukainya. Bahkan lelaki itu lebih baik darinya. Dia takut jika Fira lebih memilihnya daripada dirinya. Namun tak ada yang tak mungkin di dunia ini bukan. Harapan akan selalu ada jika dia yakin dan terus berusaha. Lagipula orangtuanya berencana untuk menyatukan mereka.
Selama menonton Danang berusaha menggenggam tangan Fira namun gadis itu menolaknya secara halus dan kembali memfokuskan matanya pada film yang mereka tonton. Melihat semua itu Danang hanya tersenyum kecut dan memutuskan untuk memfokuskan dirinya pada film. Hari ini dia akan menyatakan semuanya pada Fira. Yaaaa... meskipun dia sudah tau jawaban apa yang ia terima nantinya. Tapi setidaknya dia sudah jujur dan mengungkapkan semuanya pada Fira. Dia hanya ingin tau bahwa dia tulus dan sungguh-sungguh. Biar bagaimanapun Fira adalah satu-satunya gadis yang berhasil meluluhkan hatinya ketika gadis itu pertama kali masuk di universitas.
Dan akhirnya film itu selesai diputar. Satu-persatu orang mulai keluar dari ruangan gelap itu tak terkecuali mereka. Sesekali mereka bercanda dan mengobrol. Harus diakui jika Fira memang nyaman berada di dekat lelaki yang seangkatan dengan Rama itu, namun Fira hanya menganggapnya sebagai kakaknya saja. tidak lebih.
Sebelum pulang mereka memutuskan untuk mampir sebentar di kafe. Fira menduga jika disinilah Danang akan mengungkapkan semuanya. Fira mulai cemas dan khawatir.
“ Fir, gue mau ngomong sesuatu sama loe,” kata Danang.
“ Ngomong apa?” balas Fira. Tak lama pelayan datang dan menyajikan pesanan mereka.
“ Kita makan dulu,” balasnya. fira mengangguk dan mulai memakan pesanannya. Mereka makan dalam diam. Fira sibuk memikirkan kata-kata yang akan ia ucapkan pada Danang. Dia takut lelaki di hadapannya itu membencinya karena penolakan yang ia lakukan.
“ Fir,” tiba-tiba Danang menggenggam tangan Fira.
“ I..iyaaa,” balas Fira sedikit terkejut.
“ Aku mau ngomong sesuatu sama kamu dan kuharap kamu menjawabnya sesuai kata hati kamu.” Ujarnya. Fira mengangguk ragu. Danang menghela nafas.
“ Aku cinta sama kamu.” Ujar Danang dalam satu tarikan nafas. Fira terpaku di tempatnya. Dugaannya benar, Danang menyatakan perasaannya.
“ Emmm..... aku.... aa..kuuu....” ujar Fira terbata. Danang tersenyum pahit. Dia tau akan begini akhirnya.
“ Aku gak maksa kamu buat nerima aku. Aku cuman pengen kamu tau kalo aku cinta sama kamu. Itu aja,” kata Danang. Fira bernafas lega dan tersenyum manis.
“ Lagian aku udah tau kalau hati kamu sudah dimiliki oleh orang lain.” Danang tersenyum meskipun Fira sangat tau jika itu terpaksa.
“ Makasih Nang, udah mau ngertiin aku.” Balas Fira terharu. Matanya sedikit berkaca-kaca. Danang mengangguk mantab.
“ Semoga kalian bahagia ya,” balasnya. fira mengangguk mantab. Dia merasa lega karena dugaannya salah kalau Danang akan membencinya.
“ Yuk pulang, nanti gue bisa dimutilasi sama kakak loe. Haha...” mereka tertawa bersama dan pulang.
Sejak tadi Rama memandang pintu pagarnya dengan cemas. Pasalnya dia sedang menunggu Fira yang tak kunjung pulang sampai malam begini. Hari ini dia bertekad untuk mengungkapkan semuanya sebelum terlambat. Dia tidak ingin kehilangan gadis yang ia cintai. Dia sangat mencintai gadis itu, sangat. Gadis itu sudah seperti oksigen baginya. Dia akan terasa sesak jika sehari saja tidak melihat wajah gadis itu. apakah berlebihan? Kurasa tidak karena semua yang pernah mengalaminya pasti akan merasakan hal yang sama.
Tak berapa lama dia mendengar suara motor berhenti di depannya. Dia memandangnya dengan perasaan lega. Akhirnya gadis itu pulang. Tak tahukah jika dia sudah seperti orang gila karena membiarkannya pergi dengan lelaki yang menyukainya? Dilihatnya gadis itu sudah turun dari jok belakang motor Danang. Rama dapat melihatnya dengan jelas karena tinggi pagar rumahnya tak seberapa sementara teras rumahnya lumayan tinggi. ditambah lagi dengan tingginya yang menjulang.
Deg....
Matanya melotot ketika melihat Fira memeluk Danang cukup lama. Setelah itu Danang pergi begitu saja sementara Fira melambiakan tangannya. Rama menunduk sedih. Apakah dia terlambat? Apakah dia terlambat untuk memiliki gadis itu? apakah tidak ada kesempatan lagi untuknya? Tapi Rama tetap bertekad jika akan melakukannya saat ini juga. Dilihatnya Fira yang sudah ada di depannya dan tengah tersenyum manis. Rama membalasnya walaupun terlihat aneh dimata Fira.
“ Akhirnya kau pulang,” kalimat pertama yang meluncur dari mulut Rama.
“ Heheee.. maaf ya kak. Kelamaan ya?” tanya Fira takut.
“ Gak apa-apa kok. Gimana tadi?” Rama menyuruh Fira duduk di kursi yang ada di teras.
“ Filmnya bagus hehe,” jawab Fira polos. rama menghela nafas.
“ Kalian udah jadian ya?” tanya Rama tanpa memandang Fira. Mata Fira membulat.
“ Kenapa kakak berkata seperti itu?” tanya Fira. Rama tersenyum tipis.
“ Kakak tadi gak sengaja liat kalian pelukan di depan pagar, hehe.” Balas Rama tersenyum miris. Fira terdiam. “ Mana mungkin aku menerimanya jika yang kucintai adalah kamu kak?” batin Fira.
“ Hampir,” balas Fira. Rama menaikkan sebelah alisnya tanda tak mengerti.
“ Hampir?” tanya Rama. Fira mengangguk pelan. Dia meletakkan tasnya di meja. Rama menunggu jawaban Fira selanjutnya.
“ Yaaa.. hampir. Kita hampir jadian kalau saja Fira gak nolak Danang.” Kata Fira akhirnya. Mendengar itu Rama bernafas lega dan tersenyum.
“ Syukurlah,” Rama keceplosan. Fira memandangnya penuh selidik. Rama membekap mulutnya.
“ Syukurlah?” Fira meminta penjelasan. Dalam hati dia berharap jika apa yang akan Rama ucapkan akan sesuai dengan harapannya.
“ Ehmm... sebenernya.....” Rama gugup.
“ Sebenernya?” ulang Fira.
“ Sebenernya....... kakak gak suka kalau kamu deket-deket sama Danang. Kakak cemburu liat kamu jalan sama dia. Kakak cemburu liat kamu bisa tertawa lepas sama dia. Kakak juga cemburu liat kamu peluk dia.” Rama menatap Fira intens. Fira terdiam, dia merasa sensasi yang aneh dalam tubuhnya. Seperti ada ribuan kupu-kupu yang beterbangan di perutnya. Dan dia menyukai sensasi itu.
“ Benarkah? Berarti........”
“ Kakak cinta kamu,” potong Rama cepat. Fira membekap mulutnya sendiri. Dia masih tidak percaya atas apa yang di dengarnya barusan. Impiannya selama ini telah terwujud. Kesabarannya selama ini membuahkan hasil. Dia memanjatkan syukur pada yang maha kuasa. Matanya berkaca-kaca karena terlalu senang. Beberapa saat kemudian lelehan hangat itu sudah terjun bebas dari kelopak matanya. Mata Rama terbelalak melihat pemandangan di depannya. Dengan sigap dia merengkuh gadis itu ke dalam pelukannya.
“ Kamu kenapa hemm? Perkataan kakak ada yang salah?” tanya Rama lembut. Dia khawatir menyinggung perasaan Fira. Fira menggeleng keras di dada bidang Rama.
“ Firaa... hiks... hiks.. seneng kak. Fira juga.. hiks... cinta sama kakak. Hiks.. bahkan sudah sejak dulu.. hiks..” Fira sesenggukan di dada Rama. Rama tersenyum bahagia. Cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Fira dapat mendengar suara degup jantung Rama yang sangat cepat. Dia tersenyum bahagia di dalam pelukan Rama. Setidaknya dia tau jika Rama jujur.
“ Maafin kakak karena terlambat menyadari perasaan ini. yang harus kamu tau kalo saat ini kamulah satu-satunya gadis yang menempati singgasana tertinggi di hati kakak,” balas Rama. Fira mengeratkan pelukannya dan tersenyum bahagia. Ini adalah hari terindah baginya. Andai saja orangtuanya dapat melihat semua ini, mereka pasti juga ikut berbahagia.
“ Yuk masuk, disini dingin.” Rama melepaskan pelukannya dan menuntun Fira masuk ke dalam rumah. Pak Somad yang bekerja sebagai satpam dirumah keluarga Fadhil hanya bisa tersenyum melihat kejadian tadi.
Malam itu mereka berdua tidur dengan keadaan hati yang berbunga-bunga. Tak henti-hentinya bibir mereka menyunggingkan senyum bahagia. Malam ini terlalu indah bagi mereka berdua. Akhirnya impian yang sejak dulu diharapkan Fira terwujud juga. Dia sempat ingin behenti berharap dan menyerah namun rasa cintanya terlalu besar untuk tidak melakukan itu. semua akan indah pada waktunya. Selama orang itu percaya dan terus berusaha tak ada yang tak mungkin. tuhan tidak pernah tidur. Tuhan pasti mendengar setiap doa yang hambanya panjatkan dengan sungguh-sungguh.
Beberapa hari kemudian setelah tante Lisa dan Om Fadhil pulang Rama langsung menyampaikan keinginannya untuk mengikat Fira. Rama berkata dengan wajah memerah menahan malu jika dia ingin segera bertunangan dengan Fira. Bukan bermaksud apa-apa. Dia hanya berjaga-jaga saja. dia takut jika ada lelaki lain yang betusaha mendekati Fira mengingat jika Fira adalah gadis yang cantik dan cerdas. Belum lagi sikapnya yang ramah dan ceria membuat lelaki diluar sana dengan mudahnya menyukai Fira.
Tentu saja hal itu disambut baik oleh tante Lisa dan Om Fadhil mengingat jika ini adalah cita-cita mereka sejak dulu. Bahkan tante Lisa sampai menangis karena terlalu senang. 2 bulan kemudian mereka resmi bertunangan. Mereka sepakat untuk mengundang beberapa sahabat dan kerabat terdekat saja. lagipula umur mereka masih sangat muda dan mereka belum selesai kuliah. Tak dapat dipungkiri raut kebahagian terpancar di wajah keduanya. Dan para keluarga sepakat jika mereka akan dinikahkan setelah Fira menyelesaikan kuliahnya. Dan saat itu pula Rama sudah menyelesaikan studynya dan menjadi pimpinan di perusahaan milik keluarga Fira yang sedang di kelola oleh Om Fadhil.
3 TAHUN KEMUDIAN
@ PEMAKAMAN
Fira memandang sendu makam yang cukup terawat di depannya. Matanya berkaca-kaca. Rama yang berada disampingnya terus menenangkan Fira yang kini sudah berstatus sebagai istrinya. Bahkan di perut Fira kini sedang tumbuh janin.
“ Mah, pah, andai saja kalian masih hidup pasti kalian akan bahagia ngeliat Fira. Fira sangat bahagia disini. semoga kalian juga berbahagian disana. Fira sangat bersyukur karena mempunyai suami seperti Rama. Rama adalah suami yang baik. rama selalu ngejaga Fira dan menyayangi Fira dengan tulus.” Setitik air jatuh dari mata Fira. Rama yang melihat itu dengan sigap menaruh kepala istrinya ke pundaknya dan mengelusnya penuh sayang. tak lupa dia juga menggenggam erat tangan istrinya mencoba memberikannya semangat.
“ Rama berjanji mah, pah. Akan selalu melindungi Fira. Mencintainya dengan sepenuh hati sampai nafas terakhir Rama. Fira adalah segalanya bagi Rama. Rama berjanji pada kalian, karena Fira adalah hidup Rama” kata Rama. Dia mendekap tubuh istrinya semakin erat. Fira tersenyum haru. Tak henti-hentinya dia mengucapkan rasa syukur kepada tuhan karena mempunyai suami seperti Rama.
Setelah keadaan istrinya tenang dia mengajak Fira untuk pulang. Sesampainya di mobil Fira mengambil sesuatu yang berbentuk sseperti undangan di jok mobil yang akan ia duduki. Tertulis disana Danang Praditya yang akan menikah seminggu lagi dengan gadis yang bernama Kirana Putri. Dia tersenyum ketika melihat tanggal penikahannya seminggu lagi. setelah itu Rama melajukan mobilnya meninggalkan tempat itu dengan kecepatan sedang.
Dunia memang sempit. Beberapa tahun lalu ketika Danang hadir di acara pertunangan Rama dan Fira, Rama mengenalkannya pada saudaranya yang jauh-jauh hadir dari Yogyakarta. Waktu itu Rama melihat pandangan yang berbeda ketika Danang memandang Kirana, sepupunya itu. dan sejak itu pula Rama tau jika Danang telah jatuh cinta pada pandangan pertama dengan dengan sepupunya itu. apalagi setelah tau jika Kirana juga mempunyai perasaan yang sama pada Danang. Hari itu mereka saling bertukar nomor Hp. Makin lama mereka makin dekat hingga akhirnya mereka memutuskan untuk berhubungan lebih serius dan inilah akhirnya. Seminggu lagi mereka akan menikah. Siapa yang menduga kalau Danang yang dulunya pernah ditolah oleh Fira kini malah akan menjadi anggota keluarganya. Kita tidak tau jika Tuhan sudah berkehendak.
Sementara sahabat mereka yakni Citra dan Dimas, mereka sudah menikah beberapa minggu yang lalu. Saat ini mereka sedang berbulan madu di Bali. Dimas yang dulu tidak mencintai Citra sama sekali malah sekarang menjadi sangat mencintai istrinya itu. usaha Citra dulu membuahkan hasil. Hampir sama dengan Fira dulu. Dia juga hampir menyerah untuk memperjuangkan cintanya ada Danang. Namun lagi-lagi itu semua tidak terjadi karena cintanya terlalu besar pada Dimas. Dan lama-kelamaan hati Dimas luluh oleh kesabaran dan ketulusan Citra.
Selama kita percaya dengan trus berusaha pada impian kita, kita pasti bisa mewujudkannya.
Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini apalagi ketika kau melakukannya dengan sungguh-sungguh dan penuh keyakinan. Tuhan pasti akan mendengarkan doamu dan mengabilkannya.
END
GAMSAHAMNIDA
SAMPAI JUMPA DI CERPEN SELANJUTNYA...........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar